Episode 1: Kabut di Puncak Kunlun
Kabut menggantung pekat di puncak Kunlun, menyelimuti Kuil Es dengan kerudung misteri. Sunyi mencekam, hanya dipecah desiran angin yang membawa bisikan masa lalu. Seorang wanita, berpakaian putih bersih, berdiri di tepian jurang. Wajahnya pucat, namun matanya memancarkan keteguhan yang menakutkan.
"Sudah sepuluh tahun, Mei Lan," suara serak memecah keheningan. "Kau kembali."
Mei Lan berbalik. Sosok jangkung dengan jubah hitam berdiri di belakangnya, siluetnya terbingkai kabut. Itu adalah Li Wei, tunangannya dulu, yang kini menjabat sebagai Kaisar.
"Kaisar Li Wei," jawab Mei Lan dingin, "Aku kembali untuk mengambil apa yang menjadi hakku."
"Hakmu?" Li Wei tertawa sinis. "Kau sudah mati, Mei Lan. Dinyatakan meninggal karena longsor salju. Apa hak yang bisa dimiliki oleh orang mati?"
"Kau salah besar, Kaisar," Mei Lan mendekat, langkahnya ringan namun mengancam. "Aku tidak mati. Aku hanya... pergi sementara." Jari-jarinya menyentuh pipi Li Wei, sentuhan yang dulunya hangat kini terasa sedingin es. "Aku terlahir untuk mencintaimu, Li Wei. Tapi kau terlahir untuk melupakan... dan MENGKHIANATI!"
Episode 2: Lorong-Lorong Istana Terlarang
Beberapa hari kemudian, Mei Lan menyusup ke istana terlarang. Lorong-lorong sunyi dan gelap seolah menyimpan ribuan rahasia yang tak terucapkan. Setiap langkahnya bergema, mengantarkan dirinya menuju inti istana, tempat Li Wei bersemayam.
Di ruang tahta, Li Wei duduk dengan angkuh. Di hadapannya, Mei Lan berdiri tegak, tidak gentar sedikitpun.
"Kau berani sekali kembali ke sini," kata Li Wei, suaranya menggelegar. "Kau tahu hukuman untuk pengkhianat?"
"Pengkhianat?" Mei Lan tersenyum sinis. "Siapa sebenarnya pengkhianat di sini, Kaisar? Apakah aku, yang kau tinggalkan di tengah badai salju? Atau kau, yang berjanji sehidup semati namun kemudian menikahi adikku sendiri?"
Li Wei terdiam. Matanya berkilat marah. "Itu... itu untuk kepentingan negara! Untuk memperkuat aliansi!"
"Alasan yang klise," Mei Lan mencibir. "Tapi aku tidak bodoh, Li Wei. Aku tahu kebenarannya. Aku tahu tentang racun yang kau berikan kepada ayahku, tentang kudeta yang kau rencanakan, tentang semua kebohonganmu!"
Li Wei bangkit dari tahtanya. "Bagaimana... bagaimana kau bisa tahu?"
"Karena aku sudah tahu semuanya sejak awal," Mei Lan menjawab dengan tenang. "Aku sengaja membiarkanmu berpikir bahwa aku sudah mati. Aku sengaja membiarkanmu menikahi adikku. Aku sengaja memberimu waktu untuk melakukan semua kejahatanmu... agar semuanya terungkap."
Episode 3: Kebenaran Terungkap
Li Wei mundur, ketakutan terpancar jelas di wajahnya. "Kau... kau merencanakan ini semua?"
"Aku terlahir untuk mencintaimu," Mei Lan mengulangi kalimat itu, namun kali ini dengan nada yang berbeda, lebih mengerikan. "Tapi kau terlahir untuk melupakan... dan konsekuensi dari melupakan seorang wanita yang mencintaimu adalah... KEMATIAN!"
Mei Lan mengangkat tangannya. Dari balik kegelapan, muncul para prajurit berpakaian hitam, setia kepadanya. Ternyata, selama sepuluh tahun menghilang, Mei Lan tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga membangun kekuatan baru, menunggu saat yang tepat untuk membalas dendam.
Li Wei menatap Mei Lan dengan tatapan putus asa. "Mengapa... mengapa kau melakukan ini?"
Mei Lan mendekat, berbisik di telinga Li Wei. "Karena kau sendiri yang menciptakan monster ini. Kau pikir aku korban? Kau salah. Aku adalah dalang di balik semua ini. Selama ini, kaulah yang menari mengikuti iramaku."
Kemudian, Mei Lan memberikan isyarat. Para prajurit menyeret Li Wei pergi.
Mei Lan berdiri sendiri di ruang tahta, menatap langit malam yang kelam. Kabut di puncak Kunlun seolah turun ke istana, menyelimuti segalanya dengan aura misteri.
Dia pikir dia membunuh cintaku. Padahal, dia hanya membangunkannya.
You Might Also Like: 7 Fakta Tafsir Membunuh Rayap Ternyata