Babak I: Bayang-Bayang Masa Lalu
Rumah batu di puncak Bukit Seribu Kabut itu saksi bisu. Di sanalah, Lin Mei dan Zhao Wei tumbuh besar. Bukan saudara kandung, bukan pula sahabat karib sejak lahir, namun takdir, atau lebih tepatnya RASA BERSALAH, mengikat mereka. Zhao Wei, pewaris tunggal Klan Zhao yang disegani, dan Lin Mei, anak yatim piatu yang ditemukan terlantar di ambang pintu kuil.
Lin Mei selalu menjadi bayangan Zhao Wei. Mengikuti ke mana pun dia pergi, melindunginya dari bahaya yang mengintai. Zhao Wei, di sisi lain, memberikan Lin Mei tempat berteduh, keluarga yang tak pernah ia miliki. Namun, ada sesuatu yang terselubung di balik senyum mereka. Sebuah rahasia kelam yang tersembunyi di balik dinding-dinding kuno rumah itu.
"Wei," bisik Lin Mei suatu malam, di bawah rembulan pucat. "Apakah kau percaya pada takdir?"
Zhao Wei tersenyum, senyum yang tak pernah mencapai matanya. "Takdir adalah omong kosong, Mei. Kita sendirilah yang menciptakan takdir kita."
Babak II: Bisikan Pengkhianatan
Tahun-tahun berlalu. Zhao Wei tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan berwibawa, siap memimpin Klan Zhao. Lin Mei, semakin cantik dan gesit, menjadi tangan kanannya, mata dan telinganya. Namun, kekuasaan itu seperti racun yang merayap pelan. Klan Zhao, yang dulunya dihormati karena kebijaksanaannya, kini terlibat dalam intrik politik dan perebutan wilayah.
Lin Mei mulai merasakan perubahan pada Zhao Wei. Sorot matanya menjadi dingin, senyumnya semakin jarang, dan kata-katanya tajam seperti belati. Ia mendengar bisikan-bisikan tentang pengkhianatan, tentang aliansi rahasia dengan musuh bebuyutan Klan Zhao, Klan Zhang.
Suatu malam, Lin Mei memberanikan diri bertanya. "Wei, apa yang terjadi? Kau... kau berubah."
Zhao Wei menatapnya tajam. "Kau tidak mengerti, Mei. Ini semua untuk kebaikan Klan Zhao. Untuk masa depan kita."
"Kebaikan apa? Masa depan seperti apa yang dibangun di atas pengkhianatan dan darah?" Lin Mei menantang.
Zhao Wei terdiam. Lalu, dengan suara dingin, ia berkata, "Kau terlalu naif, Mei. Dunia ini kejam. Kau harus melakukan apa yang perlu kau lakukan untuk bertahan hidup."
Babak III: Kebenaran yang Menghancurkan
Malam itu, Lin Mei menemukan surat tersembunyi di balik lukisan keluarga Zhao. Surat itu mengungkapkan kebenaran yang MENGHANCURKAN. Bertahun-tahun lalu, ayah Zhao Wei MENGKHIANATI ayah Lin Mei, merebut warisan yang seharusnya menjadi milik Lin Mei. Dan sekarang, Zhao Wei melanjutkan tradisi itu, mengkhianati Klan Zhao demi ambisi pribadinya.
Lin Mei merasa dunianya runtuh. Selama ini, ia hidup dalam kebohongan, dilindungi dan dicintai oleh orang yang mengkhianati keluarganya. Rasa sakit dan amarah membakar hatinya. Ia bersumpah, BALAS DENDAM akan menjadi miliknya.
Babak IV: Tarian Kematian
Malam pertarungan. Hujan badai membasahi Bukit Seribu Kabut. Lin Mei dan Zhao Wei berhadapan di halaman depan rumah batu.
"Aku tahu," kata Lin Mei, suaranya bergetar. "Aku tahu semuanya."
Zhao Wei tersenyum sinis. "Kau terlalu banyak tahu, Mei. Sekarang kau harus membayar harganya."
Pedang beradu. Tarian kematian dimulai. Lin Mei, dengan amarah yang membakar jiwanya, menyerang dengan liar. Zhao Wei, dengan kelicikan dan kekuatannya, bertahan dengan gigih. Setiap tebasan, setiap tangkisan, adalah luapan emosi yang terpendam.
Di tengah pertarungan, Lin Mei berhasil melucuti pedang Zhao Wei. Ia mengarahkan pedangnya ke jantung Zhao Wei.
"Mengapa, Wei? Mengapa kau melakukan ini?" tanya Lin Mei, air mata membasahi pipinya.
Zhao Wei tertawa pahit. "Karena aku HARUS. Aku tidak punya pilihan. Rahasia ini... rahasia ini terlalu besar. Aku tidak bisa membiarkanmu hidup."
Sebelum Lin Mei sempat merespons, Zhao Wei mengeluarkan belati tersembunyi dan menikam dirinya sendiri. Darah memuncrat ke wajah Lin Mei.
Zhao Wei jatuh ke tanah, matanya menatap kosong ke langit.
"Maafkan aku, Mei..." bisiknya.
Epilog
Lin Mei berdiri di sana, di tengah hujan badai, di samping mayat Zhao Wei. Ia merasa hampa, kosong. Balas dendam telah dituntaskan, tapi hatinya tetap hancur.
Aku mencintaimu, lebih dari yang kau tahu...
You Might Also Like: Agen Skincare Penghasilan Tambahan Kota