Aku Menulis Kontrak Rahasia, Tapi Tak Sanggup Menulis Perpisahan
Langit Shanghai di musim semi terasa seperti lukisan pudar, abu-abu dan dingin. Di antara gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, Yu Qing, seorang penulis muda dengan tatapan kosong, berdiri di tepi balkon apartemennya. Sebuah kontrak usang tergenggam erat di tangannya. Kontrak yang ia tulis sendiri, sebuah janji dengan seorang pria yang bahkan belum ia temui.
Seratus tahun lalu, di era Republik Tiongkok yang bergejolak, ia adalah Lian Mei, seorang wanita bangsawan yang dicintai dan dikhianati. Pria itu, Li Wei, adalah cinta pertamanya, tunangannya, dan pada akhirnya, pengkhianatnya. Ia dituduh berkhianat, dituduh bersekongkol dengan musuh. Di hadapan eksekusi, Lian Mei mengutuk Li Wei, "Jiwa kita akan terus bertemu, terikat oleh dosa dan janji yang tak terpecahkan. Dan kau, Li Wei, akan membayar hutang darahku!"
Seratus tahun kemudian, Yu Qing merasakan sisa-sisa ingatan itu, bagaikan pecahan kaca yang menusuk hatinya. Ia tahu, ia harus menepati janji itu.
Suatu sore, di sebuah galeri seni, pandangannya tertuju pada seorang pria. Tang Zimo. CEO sebuah perusahaan teknologi raksasa, dengan aura dingin dan mata yang menyimpan kesedihan mendalam. Ketika mata mereka bertemu, Yu Qing merasa seluruh dunianya berhenti berputar. Ia mengenali tatapan itu. Tatapan yang sama dengan Li Wei.
"Kita... pernah bertemu?" tanya Tang Zimo, suaranya serak, seperti bisikan dari kehidupan lain.
Yu Qing tersenyum tipis. "Mungkin dalam mimpi," jawabnya.
Ia mendekati Tang Zimo, membiarkan dirinya terjerat dalam jaring takdir yang rumit. Ia menggunakan kontrak itu sebagai alasan. Kontrak kerja sama untuk sebuah proyek film yang terinspirasi dari kisah hidupnya, kisah Lian Mei. Perlahan tapi pasti, ia membuka luka lama, membiarkan Tang Zimo merasakan penyesalan dan penderitaan yang dialami Li Wei seratus tahun lalu.
Bunga Plum Blossom, bunga kesukaan Lian Mei, mulai mekar di taman apartemen Yu Qing, meskipun bukan musimnya. Aroma parfum Sandalwood kesukaan Li Wei tiba-tiba tercium di udara, padahal Yu Qing tidak pernah membelinya. Semesta seperti berkonspirasi untuk mengembalikan masa lalu.
Semakin dalam Yu Qing menyelami masa lalu Tang Zimo, semakin ia memahami kebenaran yang sebenarnya. Li Wei tidak berkhianat. Ia menyelamatkan Lian Mei dari konspirasi yang lebih besar. Ia mengorbankan reputasinya, bahkan nyawanya, demi melindungi wanita yang dicintainya.
Kebenaran yang PAHIT: Lian Mei salah paham.
Amarah Yu Qing mereda, digantikan oleh kesedihan yang tak terhingga. Ia tidak bisa lagi menuntut balas dendam. Hatinya hancur. Ia menulis ulang kontrak itu, bukan dengan tinta kemarahan, tetapi dengan air mata penyesalan. Ia menulis pengampunan.
Di hari perjanjian selesai, Yu Qing berdiri di hadapan Tang Zimo.
"Aku tahu semuanya," ucapnya pelan. "Dan aku... memaafkanmu."
Tang Zimo menatapnya, matanya berkaca-kaca. "Lalu... apa yang akan terjadi sekarang?"
Yu Qing tidak menjawab. Ia berbalik dan pergi, meninggalkan Tang Zimo dalam keheningan. Ia tidak akan membalas dendam dengan kemarahan, tetapi dengan keheningan dan pengampunan yang menusuk. Dendamnya adalah membiarkan Tang Zimo hidup dengan penyesalan dan cinta yang tak terbalas.
Di ambang pintu, Yu Qing berhenti sejenak. Ia menoleh ke belakang, lalu berbisik lirih, "Apakah kau ingat… ciuman di bawah pohon Plum Blossom itu...?"
You Might Also Like: 24 Kekurangan Skincare Lokal Untuk