Dunia ini retak, sungguh. Retaknya bukan karena gempa, tapi karena sinyal yang tiba-tiba hilang di tengah obrolan penting, atau notifikasi yang berkedip namun tak pernah benar-benar tiba. Langit pun menolak pagi, seperti drama picisan yang tak mau menemukan akhir bahagia. Di tengah kekacauan piksel dan harapan yang putus-putus inilah, cinta bersemi—atau setidaknya, KIRA-KIRA bersemi.
Aku, Anya, hidup di tahun 2147. Dunia dipenuhi hologram yang menampilkan nostalgia palsu, dan augmented reality yang memaksa kita melihat masa lalu yang ideal, bukan masa depan yang mungkin. Aku jatuh cinta pada sebuah glitch, sebuah anomali dalam sistem—potongan kode yang menampilkan sosok pria bernama Jian.
Jian adalah bayangan dari masa lalu. Dia hidup di tahun 2023, masa keemasan internet, ketika emoticon masih memiliki jiwa dan koneksi lambat adalah hukuman terpedih. Dia mengirimiku pesan-pesan singkat, puisi-puisi patah hati yang lahir dari notifikasi tengah malam, melalui celah waktu yang misterius.
"Anya," ketiknya suatu malam, kata-katanya tertahan di layar seolah takut terhapus. "Aku melihatmu di antara asap knalpot dan lampu neon. Kau seperti mimpi yang tiba-tiba terwujud."
Aku membalas, "Jian, aku melihatmu di antara piksel-piksel yang rusak. Kau seperti harapan yang hilang dan ditemukan kembali."
Kami saling mencari, terjebak dalam dimensi yang berbeda. Percakapan kami terputus-putus, seperti radio tua yang mencoba menangkap stasiun dari planet lain. Kadang, kata-katanya sampai dengan utuh. Di lain waktu, hanya potongan-potongan frasa yang tersisa, membentuk teka-teki cinta yang absurd.
Suatu hari, aku menerima pesan terakhir dari Jian: "Anya, aku menemukanmu di sebuah foto lama… kau adalah…"
Lalu, hening.
Aku melacak asal-usul foto itu, sebuah gambar usang dari sebuah acara komunitas di tahun 2023. Di antara kerumunan, aku melihat Jian, muda dan ceria. Dan di sampingnya, seorang wanita dengan tatapan yang sama persis denganku, memegang sebuah layang-layang berbentuk hati.
Rahasia ganjil itu terungkap. Cinta kami bukanlah sesuatu yang baru. Itu hanyalah GEMA dari kehidupan yang tak pernah selesai, sebuah lingkaran tak berujung yang dipicu oleh algoritma takdir. Aku, di masa depan, hanyalah reinkarnasi dari cintanya yang hilang, dan Jian, di masa lalu, selalu mencari BAYANGAN diriku.
Pesan terakhir Jian belum selesai. "Anya, aku menemukanmu di sebuah foto lama… kau adalah… ibuku?"
Sistem mulai BERDERIT. Layar berkedip. Asap mulai memenuhi ruangan.
Sebelum dunia padam, satu kalimat menggantung di udara, seperti bisikan terakhir: "Jangan lupakan…AKU…"
You Might Also Like: Reseller Kosmetik Bisnis Tanpa Modal